Featured Post

Tutorial SAP 2000 #1

Sejarah dan Penemu Pondasi Cakar Ayam

 

Prof. Dr. (HC). Ir. R. M. Sedyatmo, Sumber : Wikipedia

Tentunya pondasi Cakar Ayam bagi sebagian kita tak asing terdengar, terlebih-lebih untuk pekerjaan konstruksi yang ada di Indonesia.

Pengertian Pondasi Cakar Ayam

Pondasi Cakar Ayam adalah terdiri dari plat beton bertulang yang relatif tipis dan didukung oleh pipa-pipa beton bertulang yang ditanam dibagian bawah plat dan dipasang vertikal dan disatukan secara monolite. Kerjasama sistem yang meliputi plat-cakar(pipa beton)-tanah yang menciptakan plat yang lebih kaku dan lebih tahan terhadap beban dan pengaruh penurunan yang tidak seragam.

Sejarah Pondasi Cakar Ayam

Pada tahun 1961 Prof. Dr. (HC). Ir. R. M. Sedyatmo selaku pejabat PLN pada waktu itu harus bisa mendirikan 7 menara Listrik Tegangan Tinggi di area rawa-rawa daerah ancol jakarta. Dengan susah payah dua menara berhasil didirikan dengan pondasi konvensional, 5 sisa nya masih terbengkalai.
Menara-menara ini nantinya untuk mengalirkan listrik dari pusat tegangan listrik Tanjung Priok ke Gelanggan Olahraga Senayan dimana akan diselenggarakan Asian Games 1962.
Dikarenakan waktu yang sudah mendesak dan mepet, dan jika tetap menggunakan sistem konvensional maka akan membutuhkan waktu yang sangat lama dikarenakan kondisi rawa-rawa yang susah dikerjakan jika menggunakan sistem konvensioal. Maka harus mencari sistem yang baru yang tepat untuk kondisi tanah rawa, maka munculan ide dari Ir. R. M. Sedyatmo untuk mendirikan menara di atas pondasi yang terdiri dari plat beton yang didukung oleh pipa-pipa beton di bawahnya. Pipa dan plat itu melekat secara monolit (bersatu), dan mencengkeram tanah lembek secara meyakinkan.
Sistem ini oleh beliau dinamakan sistem Pondasi Cakar Ayam.

Penemu Pondasi Cakar Ayam

Dari sejarah munculnya pondasi cakar ayam sudah bisa kita lihat, bahwa penemunya adalah Prof. Dr. (HC). Ir. R. M. Sedyatmo, beliau adalah salah satu tokoh insinyur sipil Indonesia, cendekiawan, praktisi, ilmuwan dan guru besar Institut Teknologi Bandung (ITB). beliau lahir pada tanggal 24 Oktober 1909 dan wafat pada tanggal 15 Juli 1984.
Ir. R. M. Sedyatmo lahir di desa Karangpandan, Jawa Tengah sebagai putra ketiga Raden Mas Panji Hatmo Hudoyo (cucu Mangkunegoro III-Surakarta) dengan R. Ayu. Sarsani Mangunkusumo. Ir. R. M. Sedyatmo memiliki nama kecil Raden Mas Sarwanto. Saat berusia beberapa bulan, ia sakit cukup lama yang membuatnya harus mengganti nama. Orang tuanya kemudian memberikan nama baru R.M Sedyatmo. Nama Sedyatmo diambil dari kata Sedia (yang artinya sedia, sanggup atau mau) dan Atmo (yang artinya anak). Dengan nama barunya diharapkan menjadi lebih baik, berguna untuk masyarakat, bangsa dan negara. Dan hal itu menjadi kenyataan untuk kedua orangtuanya. (Sumber : Wikipedia)

Popularitas Pondasi Cakar Ayam

Sejak ditemukannya oleh Prof. Dr. (HC). Ir. R. M. Sedyatmo pondasi cakar ayam telah banyak digunakan dalam sejarahnya diantaranya yaitu ratusan menara PLN tegangan tinggi, hangar pesawat terbang dengan bentangan 64 m di Jakarta dan Surabaya, antara runway dan taxi way serta apron di Bandara Sukarno-Hatta Jakarta, jalan akses Pluit-Cengkareng, pabrik pupuk di Surabaya, kolam renang dan tribune di Samarinda, jalan tol palembang-indralaya, dan ratusan bangunan gedung bertingkat di berbagai kota, dan bangunan-bangunan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu sampai dengan hari ini.
Sistem Pondasi Cakar Ayam juga telah digunakan dibanyak negara dan telah mendapat pengakuan paten dari 40 negara, yaitu : Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Vietnam, India, RRC, Jepang, Korea Selatan, Meksiko, Arab Saudi, Bahrain, Srilanka, Brazil, Qatar, Rusia (dulu namanya uni soviet sebelum terpecah), Burma, Mesir, Afrika Selatan, Portugal, Spanyol, Argentina, Cile, Australia, Brunei Darussalam, Selandia Baru, Maroko, Jerman (dulu masi terpisah jerman barat dan jerman timur), Inggris, Prancis, Italia, Belgia, Kanada, Amerika Serikat, Belanda, dan Denmark.

Struktur Pondasi Cakar Ayam

Pondasi cakar ayam terdiri dari plat beton bertulang yang relatif tipis yang didukung oleh pipa-pipa beton bertulang yang dipasang vertikal dibawah plat dan disatukan secara monolit dengan plat beton pada jarak 2–2,5 m. Tebal pelat beton berkisar antara 10–20 cm, sedang pipa-buis beton bertulang berdiameter 1,20 m, tebal 8 cm dan panjang berkisar 150–250 cm. Buis-buis beton ini gunanya untuk pengaku pelat. Dalam mendukung beban bangunan, pelat buis beton dan tanah yang terkurung di dalam pondasi bekerja sama, sehingga menciptakan suatu sistem komposit yang di dalam cara bekerjanya secara keseluruhan akan identik dengan pondasi rakit raft foundation.
Mekanisme sistem podasi cakar ayam adalah bila diatas pelat bekerja beban titik, maka beban tersebut membuat pelat melendut. Lendutan ini menyebabkan buis-buis beton cakar ayam berotasi. Hasil pengamatan pada model menunjukkan rotasi cakar ayam terbesar adalah pada cakar yang terletak di dekat beban. Rotasi cakar memobilisasi tekanan tanah lateral di belakang cakar ayam dan merupakan momen yang melawan lendutan pelat. Dengan demikian, cara mengurangi lendutan pelat, semakin besar momen lawan cakar untuk melawan lendutan maka semakin besar reduksi lendutan. Momen lawan cakar dipengaruhi oleh dimensi cakar dan kondisi kepadatan (kuat geser) tanah disekitar cakar, yaitu semakin panjang (dan juga lebar) cakar, maka semakin besar momen lawan terhadap lendutan pelat yang dapat diperoleh.
Bagi daerah yang bertanah lembek atau rawa, pondasi cakar ayam sangat cocok untuk mendirikan bangunan, tapi juga untuk membuat konstruksi jalan dan landasan. Satu keuntungan lagi, sistem ini tidak memerlukan sistem drainase dan sambungan kembang susut.

Komentar